free web site traffic and promotion

Apa Adanya

Diposkan oleh Unknown on Friday, August 26, 2011

Apa Adanya Diriku
Sudahkah hari ini engkau melihat dunia ini apa adanya? Sudahkah engkau menerima keadaan dirimu, keadaan semestamu, lebih dan kurangnya, dengan apa adanya? Masihkah ada rasa tertekan, sumbatan energi dalam tubuhmu, ketika semestamu mempertontonkan rasa zalim yang menyakitimu? Pikirmu, bisakah seseorang menyakiti hatimu jika kau tak mengizinkan hatimu untuk tersakiti?

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. {Q.S. An-Naml (27) : 14}

Berkarakter “apa adanya” bukan berarti menyerah pada kezaliman yang ada. Lalu siap ditekan dan dizalimi sesama. Sekali lagi, Bukan berarti tertekan itu dipersilakan, tapi berdamailah dengan diri sendiri, selaraskan dengan normatif religi, lalu lebih kuat bersinergi tuk perbaiki semestamu itu dan ini. Buat apa tertekan, jika perasaan tertekan terbukti lebih berkonstribusi menambah masalahmu. Selaraskan jiwamu dengan nilai luhurmu, bukan selaraskan dirimu dengan nilai leluhurmmu atau realita terbaru. Tidak semua dari Leluhur itu luhur, dan juga tidak semua yang baru itu luhur; Yang luhur hanyalah yang “Apa adanya” tertera di dalam Al-Quran dan Sunnahnya.

Nilai luhur itu dari Tuhan, sedangkan realita itu sudah banyak rekayasa syaitan dan manusia arogan. Sekali lagi engkau harus memfilternya, dan berani memilih, memilah, bukan diam malah. Jangan menyerah dengan “apa adanya” yang salah, tapi berbahagialah dengan “apa adanya” yang fitrah.
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. {Q.S. Ali-Imran (3) : 146}

Para pemilik fitrah sejati pun memiliki kekuatan “Apa Adanya” dalam menerima risalah Islam. Berkarakter “Sami’na wa Atho’na”. Kami dengar, dan kami lakukan. Benar-benar menempatkan Al-Quran di atas seluruh aturan, dihormati dengan segenap, dijadikan subyek rujukan untuk kemaslahatan hidup manusia, kesejahteraan semesta. Ya, sebuah rujukan dan bukan rujakan.
Hari ini ada sebagian manusia karakternya sudah tidak “Apa adanya”, tapi lebih kepada “Ada apanya”. Mereka coba memilih-milih aturan Allah, memfilter yang sudah murni, menyaring dalam angan. Dan berusaha menyingkirkan aturan Allah yang sudah baku dengan berbagai dalih logika dan empati yang bernuansa musyrik sejati, ciptaan sendiri.

Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai subjek, tetapi malah dijadikannya sebagai objek. Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai rujukan, melainkan malah menjadikannya sebagai rujakan. Mereka potong ayat-ayat yang sudah ada, lalu mereka campur dengan bumbu kemunafikan, diolah dengan sambal kemaksiatan; sehingga ayat-ayat Al-Quran yang murni pun menjadi ternoda dan tercampur oleh suasana nafsu hati mereka. Pantas saja jika bumi, langit, dan seisinya rusak dan demam karena tindakan mereka dan orang-orang sejenisnya.

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan (Al-Quran) itu. {Q.S. Al-Mu’min (23) : 71}

{ 0 komentar... read them below or add one }

Post a Comment