free web site traffic and promotion

Sikap Perilaku Buruk dalam Organisasi

Diposkan oleh Unknown on Thursday, April 19, 2012

Syahruddin Demat (CR Demat)

Apabila sebuah pisang busuk tercampur dengan pisang yang bagus, maka bakteri yang terdapat di dalam pisang busuk itu, secara bertahap akan menyebar ke dalam pisang yang bagus, dan menjadikan pisang kualitas bagus dengan pisang busuk semua dan tidak ada harganya. Inilah asal mula istilah pisang busuk. Proses yang sama bisa pula terjadi di dalam sebuah organisasi. Ketika ada seseorang dalam organisasi memiliki perilaku tidak baik, maka lambat laun akan menyebar dan akhirnya menghancurkan organisasi itu secara keseluruhan.
 
Ada banyak contoh yang bias kita lihat adanya kenyataan bahwa jumlah perilaku buruk (negatif) seseorang di dalam organisasi meningkat secara global. Padahal, dalam manajemen modern ini organisasi telah dengan segala cara berusaha mencegah masuknya “orang berperilaku buruk” ke dalam sebuah organisasi dengan melakukan saringan nakhoda-nakhoda yang akan masuk di dalam sebuah structural organisasi. Namun, kenyataannya jumlah personel yang berperilaku buruk malahan cenderung meningkat. Kenyataan pahit yang harus dihadapi banyak organisasi dewasa ini.
 
Ada beberapa sumber utama penyebab perilaku buruk dalam organisasi. Pertama, yang bersifat intrapersonal, yakni karakteristik personal bawaan seseorang yang memang pada dasarnya buruk, misalnya memiliki sifat pemarah, malas dan sebagainya. Kedua, yang bersumber dari sesuatu yang bersifat interpersonal yang muncul akibat tidak adanya pengelolaan hubungan yang baik antarpersonal di dalam sebuah organisasi. Ketiga, yang bersifat organisasional, yakni struktur organisasi yang ada memang berpotensi melahirkan personal yang pada akhirnya memiliki karakter buruk yang kemudian bisa merusak organisasi sedikit demi sedikit.
 
Pada dasarnya manusia adalah inti dari sebuah organisasi. Dia yang menggerakkan organisasi untuk tumbuh dan berkembang. Perilaku oranglah yang membuat sebuah organisasi dapat berjalan efektif dan menguntungkan sehingga pada akhirnya organisasi mencapai hasil yang diinginkan. Sementara proses, alat atau struktur hanya membantu organisasi dan personel di dalamnya untuk dapat bekerja yang efektif. Proses, struktur dan alat yang dimiliki organisasi hanya membantu personel untuk melakukan tugasnya, bukan menggantikannya. Maka, jika terdapat manusia “jahat” dalam suatu organisasi akan rusaklah organisasi itu. Pertumbuhan organisasi tergantung pada keberadaan orang-orang “baik” dalam sebuah organisasi dan kehancurannya disebabkan oleh adanya orang-orang “jahat” yang menggerogoti organisasi itu. Maka, organisasi harus bisa menyakinkan diri bahwa orang-orang yang menggerakkan roda organisasi merupakan jenis orang yang memiliki perilaku baik.
Adapun motif dilakukannya perilaku negatif dalam organisasi bisa dikelompokkan dalam tiga hal. Pertama, yang bersifat personal atau berasal dari dalam diri pribadi orang itu. Kedua, adanya unsur balas dendam kepada organisasi karena tidak diperlakukan secara adil. Ketiga, akibat pengaruh pihak luar yang dengan sengaja ingin menghancurkan organisasi itu. Motif ini harus dapat diidentifikasi lebih dulu sebelum mencari solusinya. Namun sayangnya, teori motivasi yang ada lebih banyak bicara tentang bagaimana cara memotivasi seseorang. Jarang sekali yang berusaha memahami faktor apa saja yang membuat orang tidak termotivasi dan mengapa orang berlaku destruktif dalam organisasi.
 
Secara umum, orang berperilaku buruk di organisasi karena mereka merasa tidak diperlakukan dengan baik. Tidak biasanya orang memiliki bibit perilaku jahat terhadap organisasi. Kendati ada kemungkinan untuk itu, perilaku jahat di organisasi lebih disebabkan faktor yang bersifat situasional dan kultural yang memicu mereka untuk bertindak jahat terhadap organisasi. Namun, dapat dikatakan juga perilaku jahat merupakan hasil atau produk dari kombinasi faktor lingkungan dan faktor diri pribadi orang yang melakukan kejahatan, bukan merupakan hasil dari satu faktor saja. Maka, ketika ditemukan kasus korupsi di dalam organisasi, yang dilakukan tidak hanya membuang si koruptor, melainkan juga harus mengubah budaya organisasi di tempat itu.
 
Ketika perilaku negatif sudah membudaya maka akan semakin sulit mengatasinya. Bisa jadi, tindakan yang bisa dilakukan hanyalah menunggu kehancuran atau kematian organisasi itu.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Post a Comment